Selasa, 10 September 2013

Bronkopneumonia

BRONKOPNEUMONIA






A. PENGERTIAN

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

B. ETIOLOGI

1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.



C. PATOFISIOLOGI

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

D. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40 OC disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.



2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi.
3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

F. PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.


3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.


ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam,
b) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
c) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
d) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis

2. Pemeriksaan fisik
a) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung
b) Auskultasi paru ronchi basah
c) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
d) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)

3. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan
a) Usia tingkat perkembangan
b) Toleransi / kemampuan memahami tindakan
c) Koping
d) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua
e) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

4. Pengetahuan keluarga / orang tua
a) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan
b) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan
c) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
4. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi

C. INTERVENSI


1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : sekret dapat keluar.
Rencana tindakan :
1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan bunyi napas abnormal.
2. Lakukan suction sesuai indikasi.
3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam
4. Ciptakan lingkungan nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang
5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan
7. Lakukan perkusi dada
8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli
Tujuan : pertujaran gas kembali normal.
Kriteria Hasil : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas
secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat
Rencana tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis
2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler
3. Beri oksigen sesuai program
4. Monitor AGD
5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman
6. Cegah terjadinya kelelahan

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal
Kriteria Hasil : Tanda dehidrasi tidak ada.
Rencana tindakan :
1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan)
2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral
3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tanda vital.
4. Pertahankan keakuratan tetesan infus
5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)

4. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan
nutrisi.

Rencana tindakan :
1. Kaji status nutrisi klien
2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)
3. Timbang BB klien setiap hari.
4. Kaji adanya mual dan muntah
5. Berikan diet sedikit tapi sering
6. Berikan makanan dalam keadaan hangat
7. kolaborasi dengan tim gizi

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses
infeksi hilang
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan ketiak
3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
4. Berikan minum per oral
5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas.

6. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan
dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.


Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien
3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
4. Tekankan perlunya melindungi anak.
5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya

7. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Tujuan : Cemas anak hilang
Kriteria Hasil : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien.
3. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya
4. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien
5. Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien
6. Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah

D. EVALUASI

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia adalah :
1. Pertukaran gas normal.
2. Bersihan jalan napas kembali efektif
3. Intake dan output seimbang
4. Intake nutrisi adekuat
5. Suhu tubuh dalam batas normal
6. Pengetahuan keluarga meningkat
7. Cemas teratasi

DAFTAR PUSTAKA

DR. Nursalam, M.Nurs, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta : Salemba Medika
A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika




dhintea:)

Minggu, 08 September 2013

Kasus 4 Pasien Pneumonia



MAKALAH
Asuhan Keperawatan Dengan Klien Pneumonia









Disusun oleh kelompok 4:

1.              Bahana Prasetyanging Putri                (A6.12.05)
2.              Crisma Ardhi Prayoga D                    (A6.12.06)
3.              Diana Lia Puspita Sari                        (A6.12.11)
4.              Emmy Oktalia Tumanggor                 (A6.12.16)
5.              Jalu Krisnayan Purba                          (A6.12.18)
6.              Linda Ayu Widya Maya S                  (A6.12.27)
7.              Septantyo Yudo Prasetyo D                (A6.12.29)
8.              Stephani Desi Indriastuti                   (A6.12.31)





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS.BAPTIS KEDIRI
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2013/2014








Kata Pengantar

Kami ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang mana atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tantang kasus yang berhubungan dengan penyakit respirasi yaitu Pneumonia .Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Dosen pengampu.
2.    Pihak pustakawan yang telah memberi kesempatan untuk meminjam buku sebagai bahan materi.
3.    Teman-teman S1 tingkat 2 yang telah memberi masukan.
 yang semuanya telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata kami mengharapkan makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi banyak pihak.




Kediri, 08 September 2013


Penyusun




Daftar Isi


Kata Pengantar.......................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................11

BAB I
Pembahasan
2.1 Step 1.................................................................................................1
     2.2  Step 2.................................................................................................1
     2.3  Step 3.................................................................................................1
     2.4  Step 4.................................................................................................1
     2.5  Step 5.................................................................................................3
     2.6  Step 6.................................................................................................4
       2.7  Step 7................................................................................................5

BAB III
Penutup
    1.1  Kesimpulan........................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................14



BAB I
Pembahasan
Kasus 4 Sistem Respirasi


Tn.Y umur 57 tahun dirawat di Rumh Sakit RSP mengalami infeksi saluran napas,disertai batuk berdahak,badan panas dan sesaknapas,ia mengeluh nyeridada sebelah kanan atas tembus  kebelakang,penyakit sebelumnya batuk kronis disertai dahak,kebiasaan merokok setiap hari  1 bungkus.
STEP 1
1.      Batuk kronis
Jawab : batuk yang berlangsung / diderita selama lebih dari 8 minggu.
STEP 2
1.      Pasien mengalami infeksi saluran nafas disertai batuk berdahak, badan panas dan sesak nafas.
2.      Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kanan atas tembus ke belakang.
3.      Pasien memiliki kebiasaan merokok setiap hari 1 bungkus dan sebelumnya batuk kronis disertai dahak.
STEP 3
1.      Apa penyebab terjadinya infeksi saluran pada nafas ?
2.      Apa penyebab badan panas dan sesak nafas ?
3.      Apa penyebab nyeri dada sebelah kanan atas tembus ke belakang ?
4.      Mengapa rokok berpengaruh negatif pada kesehatan ?
STEP 4
1.      Apa penyebab terjadinya infeksi saluran pada nafas ?
Jawab :
    Virus – Merupakan penyebab utama dari infeksi ini, karena virus banyak bertebaran dimana dan lebih kuat usianya ketika musim dingin. Ketika seseorang bersin-bersin, biasanya virus ini bertebaran di sekelilingya, dan bisa menjankit kepada orang yang berada disekitarnya, usahakan untuk menutup mulut ketika bersin dan mencuci tangan setelahnya. Virus ini biasanya menyebabkan infeksi saluran ernafasan atas
    Bakteri – Bakteri pun hidup dimana-mana, juga sangat senang pada musim peralihan atau acaroba dan lebih kuat pada suhu dingin, bakteri biasanya sebagai enyebab infeksi saluran pernafasan bawah.
    Riketsia. Karena pola hidup yang tidak sehat, mengkonsumsi zat adiktif yang berlebihan
2.      Apa penyebab badan panas dan sesak nafas ?
Jawab : Reaksi tubuh dalam mempertahankan daya tahan tubuh terhadap benda asing ke dalam tubuh (antigen). Sesak nafas dikarenakan batuk berdahak yang dialami Tn. Y akan menghalangi saluran nafas sehingga mengalami penyumbatan. Panas dalam bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit. Kondisi kelelahan, gangguan pencernaan, gangguan tenggorokan, hingga ketidakseimbangan hormon, bisa ditandai oleh rasa panas di dalam tubuh.
3.      Apa penyebab nyeri dada sebelah kanan atas tembus ke belakang ?
Jawab : Hampir semua penyakit pada paru-paru, seperti TBC, radang paru, bronkitis, memar paru, tumor paru, dapat menimbulkan gejala nyeri dada. Nyeri biasanya bersifat tumpul dan tidak terlokalisasi, seperti halnya nyeri akibat jantung. Namun, nyeri akibat paru-paru tidak diiringi gejala simpatis (berkeringat dingin, laju jantung cepat, mual, muntah). Umumnya nyeri dada akibat paru-paru tidak berdiri sendiri, melainkan bersama gejala penyakit paru-paru lainnya, seperti batuk, demam, dan sesak napas.
Karena pada saat batuk energi yang dikeluarkan terlalu banyak dan dada mengalami tekanan sehingga terasa nyeri, jika berlangsung lama dan terus-menerus akan terasa nyeri dada
4.      Mengapa rokok berpengaruh negatif pada kesehatan ?
Jawab: karena rokok mengandung zat-zat adiktif yang dapat membahayakan tubuh, dan jika dikonsumsi berkepanjangan akan mengakibatkan efek yang membahayakan pada kessehatan, terutama pada saluran pernapasan

2.      Hubungan Kejadian Dengan Keejadian Lain
Riwayat pasien yang mengalami penyakit batuk kronis disertai dahak disebabkan kebiasaan merokok setiap hari 1 bungkus. Kandungan dalam rokok (nikotin, karbonmonokksida, tar) yang mengganggu dan menyebabkan gangguan pernapasan seperti batuk berdahak dan sesak napas. Jika hal ini berlangsung lama, dan dibiarkan akan mengakibatkan luka pada organ saluran pernapasan dan akan menyebabkan infeksi saluran pernapasan sehingga pasien mengalami sesak napas.

3.      Fenomena Biologis
Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan ketagihan, tar dapat mengakibatkan kanker pada jalan napas dan paru paru, karbonmonoksida yang terkandung pada rokok mengakibatkan keracunan pada tubuh dikarenakan karbon monoksida merupakan pembakaran karbondioksida yang tidak sempurna dan jika dihirup manusia akan berbahaya.
STEP 5
Hipotesis Awal Tn Y mengalami Pneumonia








Step 6
6.1 Definisi Pneumonia
            Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia dan terapi radiasi. bakterinya bernama pneumococcal pneumonia (Doenges, Marilynn E., 1999)
            Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli (Axton & Fugate, 1993).
            Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia (Sylvia).
            Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yangmenjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997)
            Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
            Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)
            Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan. (wikipedia.com)
6.2 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1.      Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
2.      Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
3.      Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
4.      Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans.

6.3  Manifestasi Klinis
       Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri  dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam atau batuk.
       Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi  atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
       Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus,   mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan
6.4  Anatomi Fisiologi
Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri dari :
1.      Hidung Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlahkelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalamlubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisanmukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan kesuperior di dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini lapisan mukus akan tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupasehingga bila udara mencapai faring hampir bekas debu, bersuhumendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. 
  1. Faring Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung danrongga mulut, dan di depan ruas tulang leher. Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut denganesofagus. Faring terbagi atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung,orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di belakang laring.Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaputlendir terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid akanmembesar bila terjadi infeksi pada faring.
  2. Laring Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakanrangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sanaterdapat pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitigayang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis. Pada waktumenelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperananuntuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk melampaui glotis, makalaring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau bendadan sekret keluar dari saluran pernafasan.
  3. Trakea dan cabang-cabangnya  Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari laringsampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabangmenjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluhlingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersamaoleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan esofagus. Trakea dilapisioleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia. Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dandapat menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur  bronkus sama dengan trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampaiakhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yangtidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengahkurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas.
Asinus terdiri dari :
a.       Bronkiolus respiratorius
b.      Duktusalveolaris
c.       Sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23 kali percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis.
d.      Paru-paruMerupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ yangelastis,berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnyaterdapat jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-parumemiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-paru ada dua. Paru- paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagimenjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadidua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula.Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap duayang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura.

6.5 Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis  mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1.       Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. setelah  masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial  respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2.      Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan Legionella pneumophila.
3.      Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada  individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4.      Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas  memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe  lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma  gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.

Step 7
Asuhan Keperawatan Pneumonia
7.1.Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien:
1.Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2.Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3.Makanan atau cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
4.Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5.Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
6.Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :  – sputum: merah muda, berkarat
                        – perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
–premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
                        – Bunyi nafas menurun
                        – Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7.Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
8.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala            : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda            : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
7.2 Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
2.Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4.Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
5.Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
6.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

7.3 Intervensi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
-          Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
-          Bunyi nafas tak normal.
-          Dispnea, sianosis
-          Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan  : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
-          Batuk teratasi
-          Nafas normal
-          Bunyi nafas bersih
-          Tidak terjadi Sianosis
Intervensi:
-          Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan.
-          Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional:  Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
-          Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.
-          Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional:  Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
-          Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional:  Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
-          Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional:  Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
Dx 2 :  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:
-          Dispnea, sianosis
-          Takikardia
-          Gelisah/perubahan mental
-          Hipoksia
Tujuan   : gangguan gas teratasi
Kriteria hasil :
-          Tidak nampak sianosis
-          Nafas normal
-          Tidak terjadi sesak
-          Tidak terjadi hipoksia
-          Klien tampak tenang
Intervensi
-          Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
-          Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
-          Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
-          Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
-          Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.
Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
-          Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
-          Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
-          Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
-          Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
-          Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
-          Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
-          Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
-          Dispnea
-          Takikardia
-          Sianosis
Tujuan :  Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil :
-          Nafas normal
-          Sianosis tidak terjadi
-          Irama jantung normal
Intervensi
-          Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
-          Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
-          Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
-          Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
 Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:
-          Nyeri dada
-          Sakit kepala
-          Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1)        Nyeri dada teratasi
2)        Sakit kepala terkontrol
3)        Tampak tenang
Intervensi:
-          Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
-          Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
-          Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
-          Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan upaya batuk.
-          Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi
 Tujuan: Nutrisi  tubuh dapat teratasi
 Kriteria hasil :
-          Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
-          Pasien mempertahankan meningkat BB
 Intervensi :
-          Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
-          Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
-          Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
-          Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
-          Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
-          Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
-          Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
-          Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual.
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
-          Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
-          Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan
7.4 Evaluasi
Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
1.         Batuk teratasi
2.         Nafas normal
3.         Bunyi nafas bersih
4.         Tidak terjadi sianosis
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
1.         Tidak nampak sianosis
2.         Nafas normal
3.         Tidak terjadi sesak
4.         Tidak terjadi hipoksia
5.         Klien tampak tenang
Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
1.         Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
2.         Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Toleran terhadap  aktivitas sehari-hari ditandai dengan :
1.         Nafas normal
2.         Sianosis tidak terjadi
3.         Irama jantung normal
Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :
1.         Nyeri dada teratasi
2.         Sakit kepala terkontrol
3.         Tampak tenang
Nutrisi adekuat ditandai dengan :
1.         Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
2.         Pasien mempertahankan meningkat BB.
Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
























BAB III
Penutup

3.1  Kesimpulan

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1)      Pneumonia lobaris
2)      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3)      Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.


3.2          Saran

Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih memperhatikan kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena penyakit yang di sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Pemberian ASI sangat di butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk imun si bayi tersebut agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena penayakit.


Daftar Pustaka

1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.




 Smile:)